TransparanNews, Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia, kembali menggulirkan wacana evaluasi terhadap sistem pemilihan umum (pemilu) di Indonesia. Dalam pernyataannya, Bahlil menegaskan pentingnya mengembangkan sistem pemilu yang mencerminkan adat ketimuran khas Indonesia. Hal ini diungkapkannya saat berada di kantor DPP Golkar, Jakarta, pada Jumat (19/12/2024).
“Saya katakan bahwa kita mencoba untuk melakukan formulasi terhadap sistem pemilu yang baik, yang benar, sesuai dengan adat-adat ketimuran kita, sesuai dengan budaya, dan sesuai dengan apa yang menjadi kebutuhan di bangsa kita,” ujar Bahlil dalam pertemuan tersebut. Pernyataan ini menunjukkan bahwa Golkar tengah berupaya mengajukan pendekatan yang lebih relevan dengan nilai-nilai lokal Indonesia.
Demokrasi Sebagai Alat, Bukan Tujuan Akhir
Bahlil menyoroti bahwa demokrasi sejatinya bukanlah tujuan akhir dari sebuah negara. Menurutnya, demokrasi hanya merupakan alat untuk mencapai cita-cita bersama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Gambar Istimewa : benarnews.org
“Saya katakan bahwa tujuan negara itu tidak hanya demokrasi. Demokrasi itu kan instrumen untuk menunjukkan tujuan kita dalam berbangsa, dalam bernegara,” kata Bahlil.
Ia menekankan bahwa kesejahteraan rakyat, akses pendidikan yang merata, serta peningkatan taraf hidup masyarakat adalah esensi utama yang harus dicapai oleh sebuah negara. “Kesejahteraan dan pendidikan adalah hal paling penting,” tambah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) ini.
Ajakan untuk Mencari Formulasi Baru
Dalam wacananya, Bahlil mengundang semua pemangku kepentingan untuk bersama-sama merumuskan sistem pemilu yang ideal. Ia menilai bahwa dialog dan kajian mendalam sangat diperlukan untuk menemukan formulasi sistem pemilu yang tidak hanya demokratis, tetapi juga sesuai dengan kebutuhan bangsa.
“Silakan kita kaji, ini dialektika kok, ini negara demokrasi, dan kita cari formulasi yang tepat,” tandasnya. Dengan pendekatan ini, Golkar berharap dapat menghadirkan sistem pemilu yang tidak hanya adil dan transparan, tetapi juga mampu menghormati nilai-nilai budaya lokal.
Mengapa Adat Ketimuran Penting?
Bahlil menyoroti pentingnya adat ketimuran dalam membangun sistem pemilu. Indonesia, sebagai negara dengan keanekaragaman budaya yang kaya, menurutnya memerlukan pendekatan yang lebih kontekstual. Sistem pemilu yang selaras dengan nilai-nilai budaya lokal dinilai mampu menciptakan harmoni sosial dan mengurangi potensi konflik.
Golkar berpendapat bahwa budaya Indonesia, yang dikenal dengan nilai gotong royong dan musyawarah, bisa menjadi dasar dalam membangun sistem pemilu. Hal ini, menurut Bahlil, merupakan langkah untuk memperkuat fondasi demokrasi yang sesuai dengan karakter bangsa.
Tantangan dan Langkah ke Depan
Meski ide ini menarik, wacana reformulasi sistem pemilu berbasis adat ketimuran tentu menghadapi tantangan. Implementasi perubahan sistem pemilu memerlukan dukungan luas dari berbagai elemen masyarakat, mulai dari akademisi, politisi, hingga masyarakat sipil. Selain itu, diperlukan juga kajian mendalam agar reformasi ini tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi universal.
Namun demikian, Bahlil optimistis bahwa dengan dialog yang inklusif, Indonesia mampu menemukan solusi terbaik. Golkar pun siap menjadi motor penggerak dalam merumuskan sistem pemilu yang tidak hanya demokratis, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa.
Wacana yang digagas oleh Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia, menyoroti pentingnya reformasi sistem pemilu yang berlandaskan pada adat ketimuran. Dengan menempatkan nilai-nilai budaya lokal sebagai dasar, diharapkan sistem pemilu Indonesia mampu menciptakan kesejahteraan dan keadilan yang lebih merata. Meski tantangan masih membayangi, ajakan untuk berdialog dan mencari solusi bersama menjadi langkah awal menuju reformasi yang diimpikan.