HUT ke-52 PDIP: Refleksi Perjalanan Panjang Partai Moncong Putih

TransparanNews, PDI Perjuangan (PDIP) hari ini, Jumat (10/1/2025), merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-52. Acara perayaan ini diselenggarakan di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta

Redaksi

TransparanNews, PDI Perjuangan (PDIP) hari ini, Jumat (10/1/2025), merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-52. Acara perayaan ini diselenggarakan di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, dengan mengusung tema “Satyam Eva Jayate”, yang berarti “Kebenaran Pasti Menang”. Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, dijadwalkan menyampaikan pidato utama dalam acara yang dimulai pukul 13.30 WIB.

Menurut Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto, acara ini akan berlangsung secara sederhana namun penuh semangat nasionalisme. “Acara ini dirancang dengan khidmat, penuh patriotisme, serta mencerminkan akar sejarah perjuangan bangsa dan wajah kebudayaan Indonesia,” ujar Hasto, Kamis (9/1/2025).

Sejarah Perjalanan PDIP dari Masa ke Masa

PDIP memiliki perjalanan panjang yang dapat ditelusuri sejak berdirinya Partai Nasional Indonesia (PNI) pada 4 Juli 1927 oleh Ir. Soekarno. Pada 10 Januari 1973, PNI bersama sejumlah partai lain, yaitu Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Partai Murba), Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI), Partai Kristen Indonesia (Parkindo), dan Partai Katolik, bergabung menjadi Partai Demokrasi Indonesia (PDI).

Gambar Istimewa : viva.co.id

Namun, sejak awal pembentukannya, PDI sering dilanda konflik internal yang diperburuk oleh intervensi pemerintah Orde Baru. Salah satu konflik besar terjadi saat dukungan terhadap Megawati Soekarnoputri, putri kedua Ir. Soekarno, untuk menjadi Ketua Umum PDI mendapat penolakan keras dari rezim Presiden Soeharto. Pada Kongres Luar Biasa (KLB) 1993 di Surabaya, Megawati dinobatkan secara de facto sebagai Ketua Umum PDI periode 1993-1998. Namun, pemerintah tidak mengakui kepemimpinannya.

Peristiwa Kudatuli: Titik Balik Perjuangan

Konflik mencapai puncaknya pada 27 Juli 1996, dalam peristiwa yang dikenal sebagai Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli (Kudatuli). Pendukung Megawati menggelar Mimbar Demokrasi di kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro, Jakarta. Bentrokan terjadi antara pendukung Megawati dan kubu lawannya yang didukung pemerintah. Peristiwa ini menjadi salah satu momen penting dalam perjalanan PDIP.

Setelah jatuhnya Soeharto pada 1998, kepemimpinan Megawati semakin kuat. Pada Kongres ke-V di Denpasar, Bali, Megawati dikukuhkan sebagai Ketua Umum PDI periode 1998-2003. Untuk mengikuti Pemilu 1999, Megawati mengubah nama partai menjadi PDI Perjuangan (PDIP) pada 1 Februari 1999. Nama ini resmi disahkan oleh notaris dan dideklarasikan pada 14 Februari 1999 di Istora Senayan, Jakarta.

Konsistensi Kepemimpinan Megawati

Kepemimpinan Megawati Soekarnoputri berlanjut hingga saat ini. Pada Kongres IV PDIP di Bali pada 8-12 April 2015, Megawati kembali terpilih sebagai Ketua Umum periode 2015-2020. Konsistensinya membawa PDIP menjadi salah satu partai politik terbesar di Indonesia, dengan basis massa yang kuat dan pengaruh yang signifikan dalam perpolitikan nasional.

Semangat Nasionalisme di HUT ke-52

Perayaan HUT ke-52 PDIP menjadi momentum penting untuk merefleksikan perjalanan panjang partai berlambang banteng ini. Dengan tema “Kebenaran Pasti Menang”, PDIP terus menegaskan komitmennya untuk mengabdi kepada rakyat dan menjaga nilai-nilai perjuangan bangsa.

Semangat nasionalisme dan patriotisme yang menjadi ciri khas partai ini diharapkan terus mengakar dalam setiap langkahnya ke depan.

Jika keberatan atau harus diedit baik Artikel maupun foto Silahkan Laporkan! Terima Kasih

Ikuti kami :

Tags

Related Post