TransparanNews, Ramadhan Sananta, striker andalan Persis Solo, mengungkapkan sindiran tajam terhadap keputusan Timnas Bahrain yang meminta laga melawan Timnas Indonesia dipindahkan ke stadion netral. Pertandingan yang seharusnya digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, kini berada dalam ketidakpastian setelah Bahrain menyuarakan kekhawatiran mereka. Sananta tak segan menuding Bahrain hanya mencari alasan dan takut menghadapi atmosfer panas SUGBK yang dikenal dengan dukungan fanatik para pendukung Garuda.
Sindiran Sananta kepada Bahrain Sananta dengan tegas mempertanyakan sikap Bahrain yang terkesan takut untuk bertandang ke Indonesia. “Kenapa mereka takut datang ke Indonesia? Kita saja datang ke Bahrain untuk menghadapi mereka, kok mereka takut datang ke Indonesia?” ucap Sananta dengan nada penuh kekecewaan. Bagi Sananta, alasan Bahrain tidak masuk akal, apalagi mereka sudah bermain di kandang Bahrain pada pertemuan pertama. Timnas Indonesia sebelumnya telah melakoni laga tandang tanpa kendala berarti, namun giliran Bahrain yang harus bertandang, mereka justru meminta pemindahan venue.
Gambar Istimewa : pict.sindonews.net
“Harusnya tetap main di Indonesia. Kalau tidak main di sini, rugi kita,” tambahnya. Dalam pandangan Sananta, tidak ada alasan kuat bagi Bahrain untuk menghindari laga di Indonesia, dan permintaan ini hanya memperlihatkan ketidakberanian mereka untuk menghadapi atmosfer stadion yang penuh dengan dukungan fanatik pendukung Garuda.
Bahrain dan Ketakutan pada Netizen Indonesia Isu yang mencuat terkait permintaan Bahrain ini adalah klaim mereka merasa terancam oleh serangan netizen Indonesia di media sosial. Dalam pertemuan pertama, Bahrain memang harus menelan kekalahan, dan sejak itu suasana panas terus terasa di dunia maya. Netizen Indonesia, yang dikenal vokal dalam mendukung Timnas, ramai-ramai menyerang akun-akun media sosial resmi milik Bahrain, membuat mereka merasa tertekan.
Namun, bagi Sananta, alasan ini tak lebih dari sebuah dalih. Ia menilai bahwa ketakutan Bahrain bukan hanya terkait netizen, melainkan atmosfer Stadion Utama Gelora Bung Karno yang terkenal riuh dengan sorakan suporter. “Kita datang jauh-jauh ke Bahrain, kita tidak takut. Tapi mereka tidak mau datang ke sini, itu alasan saja menurut saya,” ungkapnya tegas.
Atmosfer SUGBK memang selalu menjadi keuntungan tersendiri bagi Timnas Indonesia, terutama dalam laga-laga penting. Sorakan suporter yang bergema dan loyalitas para pendukung sering kali memberi dorongan moral yang luar biasa bagi pemain Garuda di lapangan. Hal ini kemungkinan besar menjadi faktor yang membuat Bahrain merasa terintimidasi dan ingin menghindari laga di Jakarta.
PSSI Tetap Ingin Laga di GBK Di tengah kontroversi ini, PSSI sebagai otoritas sepak bola Indonesia tetap bersikukuh untuk menggelar pertandingan di SUGBK. Federasi Sepak Bola Asia (AFC) memang telah menerima laporan dari Bahrain mengenai permintaan pemindahan venue, namun hingga saat ini PSSI belum memberikan sinyal akan memenuhi permintaan tersebut.
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menegaskan bahwa pertandingan seharusnya tetap digelar di Indonesia, sesuai dengan jadwal awal. Menurut Erick, pemindahan venue ke stadion netral hanya akan merugikan Indonesia, baik dari segi dukungan suporter maupun keuntungan bermain di kandang. “Kami siap menyambut Bahrain di Jakarta, dan berharap laga berjalan sesuai rencana,” ujar Erick dalam sebuah kesempatan.
Dukungan Netizen dan Dampak Media Sosial Serangan netizen Indonesia di media sosial memang bukan hal yang baru. Dalam berbagai momen, netizen sering kali menjadi sorotan karena sikap mereka yang penuh semangat dalam mendukung Timnas. Namun, serangan verbal ini juga bisa menimbulkan masalah diplomatik, terutama dalam hubungan antar negara. AFC sendiri sebagai badan pengatur sepak bola di Asia dihadapkan pada dilema antara menjaga keamanan dan tetap menjalankan kompetisi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Meskipun begitu, Sananta menegaskan bahwa netizen tidak seharusnya menjadi alasan utama bagi Bahrain untuk menghindari pertandingan di Indonesia. “Mereka (Bahrain) harusnya fokus di lapangan, bukan di luar lapangan. Sepak bola itu dimainkan di atas lapangan, bukan di media sosial,” tandas Sananta.
Kesimpulan Kontroversi antara Timnas Indonesia dan Bahrain ini memang menjadi topik hangat di kalangan penggemar sepak bola. Permintaan Bahrain untuk memindahkan laga ke stadion netral memperlihatkan ketakutan mereka terhadap atmosfer SUGBK dan tekanan dari netizen Indonesia. Di sisi lain, para pemain Timnas seperti Sananta tidak terima dengan alasan tersebut dan menegaskan bahwa laga seharusnya tetap digelar di Indonesia.
Dengan sikap tegas dari PSSI dan dukungan penuh suporter Indonesia, peluang untuk tetap menggelar laga di Jakarta tampaknya masih sangat besar. Para pendukung Garuda tentu berharap pertandingan ini dapat berjalan sesuai rencana, di mana Indonesia akan mendapat keuntungan dari atmosfer kandang yang selalu menjadi kekuatan utama Timnas.