Sumatera Selatan (Sumsel) mencatatkan deflasi sebesar 0,12 persen pada bulan September 2024. Salah satu faktor yang paling berpengaruh dalam terjadinya deflasi ini adalah penurunan harga BBM Non-subsidi. Penurunan ini tidak hanya meringankan beban masyarakat, tetapi juga memiliki dampak signifikan terhadap stabilitas ekonomi di wilayah tersebut.
Peran Penurunan Harga BBM Non-Subsidi
Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel menjelaskan bahwa penurunan harga BBM Non-subsidi, yang dilakukan oleh PT Pertamina Patra Niaga, memberikan kontribusi besar terhadap deflasi. Heppy Wulansari, Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, menyatakan bahwa penyesuaian harga ini dilakukan berdasarkan evaluasi terhadap tren harga minyak dunia serta nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika.
“Evaluasi dan penyesuaian harga untuk BBM Non-subsidi akan terus kami lakukan secara berkala setiap bulannya. Bisa tetap, bisa naik, dan bahkan bisa turun, tergantung tren harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah. Pada September ini, semua harga BBM Non-subsidi Pertamina mengalami penurunan harga,” ungkap Heppy Wulansari.
Gambar Istimewa : cdn.rri.co.id
Penurunan harga ini membawa harapan untuk meringankan beban masyarakat yang masih berjuang dengan tekanan ekonomi pascapandemi. Selain itu, penyesuaian harga ini diharapkan mampu memacu pertumbuhan ekonomi di wilayah Sumatera Selatan.
Kelompok Komoditas Penyumbang Deflasi
Selain penurunan harga BBM Non-subsidi, deflasi di Sumsel juga dipengaruhi oleh penurunan harga pada kelompok komoditas makanan, minuman, dan tembakau. Beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga signifikan meliputi cabai merah, cabai rawit, telur ayam ras, tomat, dan kentang. Penurunan harga komoditas tersebut membantu menurunkan inflasi dan memberikan dampak positif bagi masyarakat.
Intan Yudistri Pebrina, Statistisi Ahli Madya Statistik Distribusi BPS Provinsi Sumsel, mengungkapkan, “Lima komoditas utama penyumbang deflasi September 2024 terbesar adalah cabai merah, cabai rawit, telur ayam ras, tomat, kentang, dan bensin.“
Dengan adanya deflasi ini, daya beli masyarakat diharapkan meningkat karena harga-harga beberapa kebutuhan pokok menjadi lebih terjangkau. Hal ini menjadi angin segar bagi warga Sumatera Selatan yang telah lama menghadapi kenaikan harga bahan pokok.
Prediksi Inflasi Kembali Meningkat di Akhir Tahun
Meski deflasi tercatat pada bulan September, BPS Sumsel memperkirakan bahwa inflasi berpotensi kembali naik pada bulan Desember 2024. Beberapa faktor yang akan mempengaruhi peningkatan inflasi tersebut meliputi perayaan Natal dan Tahun Baru, serta pelaksanaan Pilkada di berbagai daerah di Sumsel.
“Inflasi tertinggi biasanya terjadi di bulan Desember karena adanya hari besar keagamaan seperti Natal dan Tahun Baru. Selain itu, kita juga memasuki musim penghujan dan momen Pilkada, yang dapat memicu kenaikan harga komoditas tertentu,” tambah Intan.
Perkembangan inflasi ini perlu diantisipasi oleh pemerintah daerah dan pelaku usaha untuk memastikan harga-harga tetap terkendali, khususnya selama masa perayaan akhir tahun. Upaya pengendalian inflasi secara konsisten sangat penting agar tidak terjadi lonjakan harga yang terlalu tajam, sehingga stabilitas ekonomi tetap terjaga.
Dampak Ekonomi Penurunan Harga BBM di Sumsel
Penurunan harga BBM Non-subsidi membawa sejumlah dampak positif bagi perekonomian Sumatera Selatan. Salah satunya adalah penurunan biaya transportasi, yang pada akhirnya dapat menekan harga barang-barang lain, termasuk kebutuhan pokok. Hal ini membantu mengurangi tekanan inflasi, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Selain itu, penurunan harga BBM juga dapat mendorong aktivitas ekonomi di sektor lain, seperti logistik dan distribusi barang, yang menjadi lebih efisien. Dengan biaya operasional yang lebih rendah, para pelaku usaha memiliki peluang untuk meningkatkan produksi dan menurunkan harga jual, yang pada gilirannya dapat meningkatkan daya beli masyarakat.
Namun, meski dampak penurunan harga BBM terasa positif, para ekonom mengingatkan pentingnya stabilitas jangka panjang. Mereka berharap pemerintah dan Pertamina terus memantau dinamika harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah untuk menjaga agar harga BBM tetap sesuai dengan kondisi ekonomi domestik.