TransparanNews, JAKARTA – Jaringan restoran cepat saji terkenal di Indonesia, KFC, yang dikelola oleh PT Fast Food Indonesia Tbk. (FAST), tengah menghadapi tantangan besar. Pada tahun 2023 hingga 2024, KFC mengalami kerugian signifikan yang memaksa perusahaan menutup sejumlah gerai di berbagai wilayah. Dalam keterangannya, Direktur FAST, Wahyudi Martono, mengungkapkan ada tujuh faktor utama yang menyebabkan kerugian tersebut.
Dampak Geopolitik hingga Penurunan Daya Beli Masyarakat
Salah satu penyebab utama kerugian KFC adalah ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Seruan boikot terhadap produk yang dianggap terkait dengan Israel, termasuk merek asal Amerika Serikat seperti KFC, berdampak pada penurunan pendapatan secara drastis sejak akhir 2023. “Konsumen menganggap kami mendukung aksi Israel di Palestina, sehingga terjadi penurunan pendapatan signifikan,” jelas Wahyudi.
Gambar Istimewa : kompas.com
Selain itu, gangguan rantai pasok menjadi faktor penting lainnya. Perubahan iklim ekstrem dan volatilitas harga komoditas menghambat produksi bahan baku, sementara kenaikan harga pangan global memperbesar tekanan pada biaya operasional. “Harga bahan baku meningkat tajam, dan ini menekan profitabilitas kami,” ungkap Wahyudi.
Faktor lain yang turut memengaruhi adalah persaingan ketat dengan restoran cepat saji lokal dan global yang tidak terkena imbas boikot. Kenaikan upah minimum nasional juga memberikan beban tambahan, namun FAST memutuskan untuk tidak menaikkan harga menu agar tetap terjangkau bagi pelanggan.
Faktor keenam adalah kenaikan kurs rupiah terhadap dolar AS, yang meningkatkan biaya bahan baku impor seperti bumbu marinasi. Terakhir, penurunan daya beli masyarakat di tengah inflasi memperburuk situasi, dengan jumlah transaksi pembelian yang terus menurun.
Strategi Pemulihan untuk Bangkit dari Kerugian
Meski menghadapi tantangan berat, manajemen FAST optimistis dapat memulihkan kondisi ini. Perusahaan kini memfokuskan strategi pada peningkatan produktivitas melalui teknologi digital. Platform seperti KFCku Apps, Pay n Pick, dan Drive Thru diandalkan untuk meningkatkan pengalaman pelanggan dan memperluas jangkauan pasar.
Selain itu, FAST bekerja sama dengan mitra agregator untuk memperkuat transaksi online. Beragam promosi menarik juga diluncurkan untuk menarik pelanggan. Dalam operasional sehari-hari, KFC tetap berkomitmen pada prinsip Operation Excellence (OE) yang meliputi kualitas produk, kebersihan, dan pelayanan maksimal.
Penutupan Gerai dan Pengurangan Karyawan
Hingga kuartal III/2024, KFC mencatat kerugian bersih sebesar Rp557,08 miliar, yang memaksa perusahaan menutup 47 gerai sepanjang Januari hingga September 2024. Penutupan ini meliputi:
- 39 gerai di Jawa
- 4 gerai di Sumatra
- 3 gerai di Sulawesi
- 1 gerai di Bali
Akibat penutupan ini, jumlah gerai yang dioperasikan menyusut menjadi 715 unit, turun dari 762 gerai pada akhir 2023. Selain itu, dampak besar juga dirasakan pada tenaga kerja, di mana jumlah karyawan berkurang dari 15.989 orang pada Desember 2023 menjadi 13.715 orang pada September 2024.
Mencermati Masa Depan KFC Indonesia
Dengan langkah pemulihan yang dilakukan, KFC Indonesia berharap bisa mengatasi tantangan yang dihadapi dan kembali meningkatkan kinerjanya. Namun, persaingan di industri restoran cepat saji tetap menjadi tantangan besar, terutama di tengah kondisi ekonomi yang belum stabil.
Keberhasilan strategi digitalisasi dan penguatan layanan pelanggan akan menjadi kunci utama bagi KFC untuk menjaga posisinya di pasar Indonesia. Meski menghadapi tekanan berat, semangat optimisme tetap menjadi modal penting untuk mengembalikan kejayaan KFC di Tanah Air.