TransparanNews, Perkembangan teknologi digital di Indonesia mendorong berbagai sektor untuk beradaptasi, termasuk di pasar rakyat. Kementerian Perdagangan (Kemendag) kini berambisi mempercepat transformasi digital di pasar tradisional dengan target ambisius yaitu digitalisasi 1.000 pasar rakyat dalam setahun. Langkah ini diyakini akan mempercepat inklusi keuangan sekaligus meningkatkan efisiensi dan transparansi transaksi di pasar.
Dalam pernyataannya di sebuah acara di Hotel Padma, Semarang, Jawa Tengah, Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga menegaskan bahwa penggunaan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) sebagai metode pembayaran akan diperluas di pasar rakyat. “Kami menargetkan seribu pasar per tahun untuk segera mengadopsi QRIS. Nanti masyarakat yang ingin beli ayam, misalnya, tidak perlu lagi bawa uang tunai. Uang tunai tetap diterima, tapi sekarang ada opsi lain, yaitu bayar pakai QRIS. Kami bekerja sama dengan Bank Indonesia untuk mengimplementasikan ini,” ujar Sambuaga pada Selasa (20/2).
Mendorong Inklusi Keuangan di Pasar Rakyat
Inisiatif ini bukan hanya soal kemudahan transaksi, melainkan juga bertujuan untuk memperluas inklusi keuangan, terutama bagi pedagang kecil. Dengan penerapan QRIS, transaksi yang dilakukan oleh pedagang akan terekam dalam sistem perbankan. Hal ini memberikan akses lebih mudah bagi pedagang untuk memperoleh pinjaman atau kredit dari bank karena cash flow mereka dapat dilacak melalui rekening yang teregistrasi.
Gambar Istimewa : cdn.antaranews.com
“Dengan adanya digitalisasi ini, para pedagang bisa lebih mudah mengakses kredit dari bank. Bank akan memiliki rekam jejak transaksi pedagang sehingga lebih mudah dalam melakukan analisis kredit,” jelas Sambuaga lebih lanjut.
Langkah Kemendag dalam Digitalisasi Pasar
Kemendag menyadari pentingnya peran pasar tradisional dalam perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, digitalisasi pasar dianggap sebagai salah satu solusi untuk memodernisasi sistem perdagangan di pasar rakyat. Selain memberikan alternatif pembayaran non-tunai, penggunaan QRIS juga diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap uang tunai, yang selama ini mendominasi transaksi di pasar-pasar tradisional.
“Dengan adanya pembayaran digital seperti QRIS, transaksi di pasar akan menjadi lebih efisien dan transparan. Ini juga mendukung pemerintah dalam memerangi ekonomi gelap karena setiap transaksi tercatat secara elektronik,” tambahnya.
Tantangan dalam Implementasi
Meski demikian, Kemendag menghadapi sejumlah tantangan dalam implementasi digitalisasi di pasar rakyat. Salah satunya adalah literasi digital yang masih rendah di kalangan pedagang pasar. Sebagian pedagang belum terbiasa menggunakan perangkat digital seperti smartphone untuk melakukan transaksi. Untuk mengatasi hal ini, Kemendag bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memberikan pelatihan dan sosialisasi kepada pedagang mengenai penggunaan QRIS.
“Dalam prosesnya, kita akan memberikan edukasi kepada pedagang tentang bagaimana menggunakan QRIS dan manfaatnya bagi bisnis mereka. Ini adalah proses yang akan terus kami kembangkan,” jelas Sambuaga.
Efek Jangka Panjang Terhadap Ekonomi Lokal
Langkah Kemendag untuk mempercepat digitalisasi di pasar rakyat diproyeksikan akan membawa dampak positif dalam jangka panjang. Selain meningkatkan efisiensi transaksi, hal ini juga diharapkan dapat meningkatkan daya saing pedagang pasar tradisional di era digital. Pedagang kecil yang sebelumnya hanya mengandalkan uang tunai kini bisa menawarkan metode pembayaran yang lebih modern dan praktis, sehingga menarik lebih banyak konsumen.
Lebih jauh lagi, digitalisasi diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di tingkat lokal. Dengan sistem pembayaran yang lebih mudah dan cepat, aktivitas perdagangan di pasar rakyat bisa meningkat, dan hal ini akan berdampak pada peningkatan pendapatan pedagang serta perekonomian lokal.