TransparanNews, Pengumuman Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengenai tarif baru terhadap Meksiko, Kanada, dan China telah memicu gejolak di pasar global. Tarif sebesar 25 persen untuk Meksiko dan Kanada, serta 10 persen untuk China, mengundang perhatian dari berbagai pihak. Namun, dalam langkah terbaru, Trump memutuskan untuk menunda penerapan tarif tersebut, memberikan waktu bagi negosiasi dan konsesi.
Dampak Langsung di Pasar Global
Keputusan Trump untuk memberlakukan tarif ini awalnya menyebabkan pasar saham di berbagai belahan dunia mengalami penurunan tajam. Bursa saham di Ottawa, Mexico City, Beijing, New York, Hong Kong, Seoul, dan Taipei langsung merespons negatif terhadap pengumuman tersebut. Namun, setelah Trump mengumumkan penundaan penerapan tarif selama satu bulan bagi Meksiko dan Kanada, pasar mulai pulih dan menutup sebagian kerugiannya.
Penundaan ini dilakukan setelah Meksiko menyetujui beberapa konsesi untuk menekan arus migrasi ilegal dan perdagangan obat-obatan terlarang ke Amerika Serikat. Trump juga menekankan bahwa tarif ini akan kembali diberlakukan jika kesepakatan tidak dijalankan dengan baik.
“Kita harus menghentikan arus migrasi ilegal dan peredaran fentanil dari China, Meksiko, dan Kanada. Obat ini telah merenggut nyawa lebih dari 200.000 orang tahun ini,” ujar Trump. Ia menegaskan bahwa tarif akan diperketat jika masalah ini tidak segera ditangani.
Reaksi Meksiko dan Kanada
Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum, menyambut baik kesepakatan ini. Dalam pernyataannya, ia mengatakan, “Saya yakin bahwa bulan ini kita dapat mencapai hasil yang baik bagi rakyat Meksiko dan Amerika Serikat. Ini adalah hasil dari pembicaraan yang saling menghormati.”
Sementara itu, Kanada juga menyatakan kesiapan untuk bekerja sama dalam mencari solusi atas masalah ini, meskipun tanggapan resmi dari pemerintah Kanada belum diumumkan secara rinci.
Tanggapan Ekonomi dan Kekhawatiran Global
Langkah Trump ini memunculkan kekhawatiran di kalangan ekonom. Steve Kamin, peneliti senior di American Enterprise Institute, mengingatkan bahwa kebijakan tarif tinggi memiliki risiko besar bagi stabilitas perdagangan global. Ia menyebutkan bahwa kebijakan proteksionisme semacam ini mengingatkan pada era Depresi Besar tahun 1930-an, di mana perang dagang memperburuk kondisi ekonomi global.
“Dalam jangka panjang, tarif tinggi akan mengurangi perdagangan global, kompetisi, dan inovasi teknologi. Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh Amerika Serikat, tetapi juga ekonomi global secara keseluruhan,” ujar Kamin.
China Ikut Merespons
China juga tidak tinggal diam terhadap kebijakan tarif AS. Pemerintah China memberlakukan tarif balasan terhadap beberapa barang impor dari Amerika Serikat dan mengancam akan memberikan sanksi kepada perusahaan-perusahaan besar AS, termasuk Google. Langkah ini dianggap sebagai respons terbatas untuk mendorong dialog dengan Amerika Serikat guna menghindari eskalasi perang dagang yang lebih besar.
Namun, langkah China ini juga menggarisbawahi strategi mereka untuk menjaga stabilitas ekonomi di tengah ketegangan dengan Amerika Serikat.
Penundaan penerapan tarif oleh Donald Trump memberikan ruang bagi negosiasi dan dialog antara Amerika Serikat, Meksiko, serta Kanada. Namun, kebijakan ini tetap menjadi perhatian dunia, mengingat dampaknya yang signifikan terhadap pasar global dan hubungan perdagangan internasional. Selain itu, reaksi dari China menunjukkan bahwa ketegangan perdagangan antara kedua ekonomi terbesar dunia tersebut masih jauh dari selesai.
Dunia kini menanti langkah selanjutnya dari Trump dan respons negara-negara yang terlibat dalam dinamika perdagangan global ini. Apakah penundaan ini akan menjadi awal dari solusi, atau justru memperpanjang ketidakpastian ekonomi? Yang jelas, keputusan-keputusan ini akan terus menjadi sorotan internasional.