Trump Pertimbangkan Tarif 10% untuk China Mulai Februari

TransparanNews, Presiden Amerika Serikat Donald Trump, kembali menegaskan ancamannya untuk mengenakan tarif 10% pada semua impor dari China, yang direncanakan akan berlaku mulai 1 Februari.

Redaksi

TransparanNews, Presiden Amerika Serikat Donald Trump, kembali menegaskan ancamannya untuk mengenakan tarif 10% pada semua impor dari China, yang direncanakan akan berlaku mulai 1 Februari. Langkah ini diambil di tengah isu perdagangan internasional yang semakin memanas, terutama terkait peran China dalam perdagangan global.

Gambar Istimewa : nbcnews.com

Dalam sebuah pernyataan yang disampaikan di Gedung Putih pada Selasa (21/01/2025), Trump menjelaskan bahwa tarif tersebut dipertimbangkan berdasarkan dugaan keterlibatan China dalam pengiriman fentanyl ke negara-negara tetangga seperti Meksiko dan Kanada. “Kami sedang membahas tarif 10% untuk China, mengingat fakta bahwa mereka mengirimkan fentanyl ke Meksiko dan Kanada. Kemungkinan besar, 1 Februari adalah tanggal target kami,” ujar Trump.

Jeda Sementara yang Singkat

Pernyataan ini muncul sehari setelah China sempat tidak dimasukkan dalam daftar target langsung tarif AS. Namun, ancaman tersebut menandakan bahwa jeda sementara bagi China tampaknya hanya bersifat sementara. Dalam kampanyenya, Trump memang berulang kali menyoroti niatnya untuk memperketat tarif perdagangan, termasuk ancaman tarif besar hingga 60% untuk produk China.

Ancaman tarif tambahan ini juga mencakup Kanada dan Meksiko, yang menurut Trump belum cukup membantu Amerika Serikat dalam menangani masalah keamanan perbatasan. Selain itu, Trump juga mengkritik Uni Eropa yang dianggapnya sebagai mitra dagang yang “merugikan” AS. “Kami memiliki defisit perdagangan sebesar US$350 miliar dengan Uni Eropa. Mereka memperlakukan kami sangat buruk, jadi mereka juga akan dikenakan tarif,” tambah Trump.

Pendekatan Hati-Hati di Awal Masa Jabatan

Pada hari pertama masa jabatan barunya, Senin (20/01/2025), Trump memutuskan untuk tidak langsung memberlakukan tarif khusus untuk China. Sebagai gantinya, ia meminta pemerintahannya untuk menyelidiki praktik perdagangan tidak adil secara global dan mengevaluasi apakah China telah mematuhi kesepakatan perdagangan yang disepakati sebelumnya.

Trump juga menginstruksikan pejabatnya untuk melaporkan hasil investigasi terkait migrasi ilegal dan aliran fentanyl dari China, Kanada, dan Meksiko pada 1 April mendatang. Langkah ini dipandang sebagai pendekatan yang lebih metodis untuk menyusun dasar hukum sebelum mengambil tindakan tarif yang lebih tegas.

Sebelumnya, Trump dikabarkan mempertimbangkan untuk menyatakan keadaan darurat ekonomi nasional sebagai dasar hukum untuk memberlakukan tarif baru. Namun, hingga saat ini, langkah tersebut belum diumumkan secara resmi.

Hubungan dengan China Masih Tegang

Selama masa jabatan pertamanya, Trump telah memperketat kebijakan perdagangan dengan China, yang memicu pergeseran rantai pasok global. Dalam panggilan telepon dengan Presiden China, Xi Jinping, beberapa hari sebelum pelantikannya, Trump mengklaim telah membahas berbagai isu, termasuk perdagangan, fentanyl, dan aplikasi TikTok.

“Saya sudah menetapkan tarif besar untuk China. Sebelum saya menjadi presiden, China bahkan tidak pernah membayar 10 sen kepada Amerika Serikat,” tegas Trump.

Tanggapan dari China

Sementara itu, Wakil Perdana Menteri China, Ding Xuexiang, menekankan bahwa negaranya akan memperluas impor untuk mendorong perdagangan yang lebih seimbang. Dalam pidatonya di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, Ding mengatakan bahwa China tidak berusaha untuk mempertahankan surplus perdagangan. “Kami ingin mengimpor lebih banyak produk dan layanan berkualitas untuk mencapai perdagangan yang seimbang,” ungkap Ding tanpa menyebutkan negara tertentu.

Langkah yang diambil Trump untuk memberlakukan tarif 10% pada China menandai kelanjutan dari pendekatan kerasnya terhadap mitra dagang utama Amerika Serikat. Meski demikian, dengan investigasi lebih lanjut yang sedang berjalan, masih harus dilihat apakah ancaman ini akan benar-benar diwujudkan atau hanya menjadi bagian dari strategi negosiasi yang lebih besar. Bagi China, tanggapan mereka terhadap ancaman ini akan sangat menentukan arah hubungan dagang kedua negara di masa depan.

Jika keberatan atau harus diedit baik Artikel maupun foto Silahkan Laporkan! Terima Kasih

Ikuti kami :

Tags

Related Post