Perjalanan Politik Megawati Soekarnoputri di Ulang Tahun ke-78

TransparanNews, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri, genap berusia 78 tahun pada hari ini, Kamis (23/1/2025). Sebagai presiden perempuan pertama dan satu-satunya

Redaksi

TransparanNews, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri, genap berusia 78 tahun pada hari ini, Kamis (23/1/2025). Sebagai presiden perempuan pertama dan satu-satunya dalam sejarah Indonesia, perjalanan hidupnya penuh dengan warna, tantangan, dan pencapaian.

Gambar Istimewa : kompas.id

Lahir di Yogyakarta pada 23 Januari 1947, Megawati adalah putri kedua dari Presiden pertama Indonesia, Soekarno, dan Fatmawati. Sejak kecil, ia tumbuh dalam suasana politik yang sarat dinamika. Nama “Megawati,” yang berarti “awan besar,” mencerminkan harapan keluarganya agar ia menjadi sosok berpengaruh.

Masa Awal Kehidupan dan Pendidikan

Megawati menghabiskan masa kecilnya di bawah pengawasan ketat, terutama setelah ayahnya dilengserkan dari kursi kepresidenan pada tahun 1967. Ia sempat menempuh pendidikan di Universitas Padjajaran, Bandung, untuk mempelajari ilmu pertanian, tetapi berhenti di tengah jalan. Setelah itu, ia mencoba peruntungan di Universitas Indonesia dengan mengambil jurusan psikologi, namun kembali tidak menyelesaikan pendidikannya.

Langkah Awal di Dunia Politik

Terjun ke dunia politik pada 1987 sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Partai Demokrasi Indonesia (PDI), Megawati perlahan mendapatkan perhatian masyarakat. Sebagai putri Bung Karno, ia memiliki karisma yang kuat. Pada tahun 1993, Megawati terpilih menjadi Ketua Umum PDI, meski mendapat tekanan besar dari pemerintahan Orde Baru.

Namun, pada 1996, popularitasnya memicu konflik besar dalam tubuh PDI yang dikenal sebagai Peristiwa Kudatuli (27 Juli), di mana terjadi bentrokan antara pendukungnya dan aparat keamanan. Momen ini semakin mengukuhkan posisinya sebagai simbol perlawanan terhadap rezim Orde Baru.

Puncak Karier Politik: Presiden Indonesia

Setelah kejatuhan Soeharto pada 1998, Megawati membentuk Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sebagai kendaraan politik barunya. Pada Pemilu 1999, PDIP meraih suara terbanyak, tetapi Megawati tidak langsung menjadi presiden. Posisi tersebut jatuh ke tangan Abdurrahman Wahid (Gus Dur), sementara Megawati menjabat sebagai Wakil Presiden.

Namun, pada 2001, ketegangan politik membuat Gus Dur dilengserkan melalui sidang MPR, dan Megawati diangkat sebagai Presiden kelima Republik Indonesia. Masa kepemimpinannya (2001-2004) menghadapi berbagai tantangan, mulai dari pemulihan ekonomi pasca-krisis 1998, penanganan terorisme, hingga implementasi otonomi daerah.

Kontribusi di Dunia Politik

Megawati adalah sosok yang teguh mempertahankan nilai-nilai Pancasila dan ajaran Bung Karno. Di bawah kepemimpinannya, PDIP menjadi partai politik dengan basis massa yang kuat. Salah satu keputusan strategisnya yang paling berpengaruh adalah mengusung Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden pada 2014, yang kemudian berhasil menjabat selama dua periode.

Sebagai Ketua Umum PDIP, Megawati memainkan peran sentral dalam menentukan arah politik partainya. Meski kerap menuai kritik atas gaya kepemimpinan yang dianggap terlalu dominan, ia tetap dihormati sebagai simbol perjuangan nasionalisme.

Warisan Politik Megawati

Hingga hari ini, Megawati masih menjadi tokoh penting dalam politik Indonesia. Ia konsisten memperjuangkan hak-hak perempuan, keadilan sosial, dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Di bawah kepemimpinannya, PDIP terus menjadi salah satu partai terbesar di Tanah Air.

Sebagai tokoh nasional, Megawati adalah gambaran perjuangan seorang pemimpin perempuan yang tidak hanya berjuang melawan tekanan politik, tetapi juga membangun warisan yang akan terus dikenang dalam sejarah Indonesia.

Jika keberatan atau harus diedit baik Artikel maupun foto Silahkan Laporkan! Terima Kasih

Ikuti kami :

Tags

Related Post