TransparanNews, Pyongyang – Pemimpin Tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un, kembali menjadi sorotan setelah mengeluarkan pernyataan keras terhadap kerja sama militer trilateral antara Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan. Kim menilai bahwa kolaborasi tersebut justru memperburuk ketegangan di kawasan Asia Timur dan berpotensi mengganggu stabilitas regional.
Gambar Istimewa: washtimes.com
Dalam pernyataan yang disampaikan melalui media pemerintah KCNA, Kim menegaskan bahwa pihaknya akan mengambil langkah balasan dengan memperkuat kemampuan nuklir Korea Utara. “Korut tidak menginginkan ketegangan yang tidak perlu di kawasan, tetapi kami akan melakukan tindakan balasan berkesinambungan untuk menjaga keseimbangan militer regional,” ujar Kim.
Kim Jong Un juga menyoroti penempatan aset strategis nuklir Amerika Serikat dan latihan militer gabungan yang melibatkan Jepang serta Korea Selatan. Menurutnya, tindakan tersebut menciptakan ketidakseimbangan militer yang dapat menjadi ancaman serius bagi keamanan kawasan. “Penempatan kekuatan militer asing di sekitar perbatasan kami bukan hanya provokasi, tetapi juga bentuk agresi yang merusak stabilitas Asia Timur,” tambahnya.
Di sisi lain, Presiden AS saat itu, Donald Trump, menyatakan bahwa Amerika Serikat siap untuk membuka jalur diplomasi dengan Korea Utara, meskipun kekhawatiran internasional terkait program nuklir Korut terus meningkat. Namun, Kim Jong Un tetap pada pendiriannya untuk melanjutkan pengembangan kekuatan nuklir sebagai bagian dari kebijakan strategis negaranya.
Selain itu, Kim juga menyampaikan dukungannya terhadap Rusia dalam konflik yang sedang berlangsung dengan Ukraina. “Tentara dan rakyat Korut akan selalu mendukung dan mendorong tujuan yang benar dari tentara dan rakyat Rusia untuk mempertahankan kedaulatan, keamanan, dan integritas teritorial mereka,” tegas Kim. Pernyataan ini sejalan dengan semangat perjanjian kemitraan strategis komprehensif antara Korea Utara (DPRK) dan Rusia.
Terkait hal ini, pemerintah Korea Selatan baru-baru ini mengungkapkan kecurigaan bahwa Korea Utara sedang mempersiapkan pengerahan lebih banyak pasukan ke Rusia. Dugaan ini muncul setelah laporan bahwa sekitar 11.000 tentara Korea Utara telah dikirim untuk mendukung Rusia dalam tiga tahun terakhir selama konflik dengan Ukraina.
Ketegangan yang terus meningkat ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan komunitas internasional mengenai potensi eskalasi konflik di kawasan Asia Timur. Negara-negara tetangga dan organisasi internasional menyerukan penurunan tensi dan kembali ke jalur diplomasi untuk mencegah krisis yang lebih besar.
Langkah Kim Jong Un untuk memperkuat program nuklir dan dukungannya terhadap Rusia menunjukkan bahwa Korea Utara tetap konsisten dengan kebijakan luar negerinya yang konfrontatif. Ketegangan dengan Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan berpotensi memperburuk situasi di kawasan, sementara hubungan erat dengan Rusia menambah dimensi baru dalam geopolitik global. Upaya diplomasi dan dialog diharapkan dapat menjadi solusi untuk meredakan ketegangan yang terus meningkat ini.