TransparanNews, Nilai tukar Rupiah terus mengalami tekanan di tengah potensi penguatan dolar AS, yang diprediksi akan dipicu oleh sejumlah kebijakan ekonomi dari Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih, Donald Trump. Hal ini diungkapkan oleh Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuabi, yang menilai bahwa rencana Trump dapat memberikan dampak signifikan pada pertumbuhan ekonomi AS dan tekanan inflasi.
Gambar Istimewa : bbci.co.uk
“Dengan Donald Trump kembali ke Gedung Putih pekan depan, para analis memperkirakan kebijakan-kebijakannya akan mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus meningkatkan tekanan harga. The Fed (Federal Reserve) kemungkinan akan lebih berhati-hati dalam melanjutkan pemangkasan suku bunga, setidaknya hingga ada kepastian bahwa inflasi di AS benar-benar terkendali,” ujar Ibrahim dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis (16/1/2025).
Inflasi AS Tetap Tinggi, Suku Bunga Fed Diprediksi Dipangkas
Berdasarkan data terbaru dari Consumer Price Index (CPI) Desember 2024, inflasi umum tercatat naik sebesar 2,9% secara year on year (yoy), sesuai dengan ekspektasi pasar. Namun, inflasi inti yang lebih mencerminkan kondisi fundamental ekonomi justru turun dari 3,3% menjadi 3,2%, sedikit meleset dari harapan.
Menurut Ibrahim, data ini menunjukkan bahwa tekanan inflasi di AS masih cukup kuat, meskipun angka CPI inti lebih rendah dari yang diperkirakan. “Dengan hasil ini, ada peluang besar bahwa The Fed akan lebih percaya diri untuk memangkas suku bunga pada tahun ini. Bank sentral AS diproyeksikan akan memangkas suku bunga sebanyak dua kali sepanjang 2025, setelah pada 2024 melakukan empat kali pemangkasan,” jelasnya.
Rupiah Melemah, Dolar AS Menguat
Sejalan dengan kondisi tersebut, nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS terus melemah. Pada penutupan perdagangan antarbank di Jakarta, Rupiah tercatat melemah sebesar 50 poin atau 0,31% ke level Rp16.376 per dolar AS, dibandingkan posisi sebelumnya di Rp16.326 per dolar AS.
Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang dirilis oleh Bank Indonesia juga menunjukkan pelemahan Rupiah, yakni ke level Rp16.378 per dolar AS dari sebelumnya di posisi Rp16.311 per dolar AS.
Ibrahim menambahkan, tren pelemahan ini tidak lepas dari sentimen pasar global yang didominasi oleh optimisme terhadap kebijakan Trump serta kemungkinan penurunan suku bunga lebih lanjut oleh The Fed. “Jika tren ini berlanjut, Rupiah masih berpotensi menghadapi tekanan tambahan dalam beberapa pekan ke depan,” tambahnya.
Prospek Ke Depan
Kebijakan ekonomi AS di bawah kepemimpinan Trump akan menjadi perhatian utama pasar global, termasuk Indonesia. Faktor seperti proyeksi pertumbuhan ekonomi AS, keputusan suku bunga The Fed, dan perkembangan inflasi akan terus memengaruhi pergerakan nilai tukar mata uang di negara-negara berkembang, termasuk Rupiah.
Untuk mengatasi dampak ini, para analis merekomendasikan strategi diversifikasi portofolio serta penguatan cadangan devisa guna menjaga stabilitas nilai tukar. “Langkah antisipatif dari pemerintah dan Bank Indonesia akan menjadi kunci dalam menghadapi gejolak ekonomi global yang berpotensi terjadi pada tahun ini,” tutup Ibrahim.