TransparanNews, Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) JD Vance baru-baru ini mengungkapkan bahwa Presiden Donald Trump memiliki rencana serius untuk mengakuisisi Greenland, sebuah wilayah yang saat ini berada di bawah kendali Denmark. Dalam sebuah wawancara yang disiarkan oleh Fox News pada Minggu, 2 Februari 2025, Vance menekankan bahwa gagasan tersebut bukanlah sekadar isapan jempol, melainkan bagian dari strategi jangka panjang untuk memperkuat keamanan nasional AS.
Gambar Istimewa: foxnews.com
Vance berpendapat bahwa Greenland memiliki posisi strategis yang sangat penting dalam konteks keamanan global. “Wilayah ini merupakan jalur laut utama yang sering digunakan oleh China dan Rusia,” ungkap Vance. Dia lebih lanjut menilai bahwa Denmark, sebagai penguasa Greenland, tidak mampu menjalankan perannya dengan baik. “Kita perlu mencari solusi untuk masalah ini demi keamanan kita sendiri. Jika itu berarti kita perlu memiliki lebih banyak kepentingan teritorial di Greenland, maka Presiden Trump tidak akan ragu untuk mengambil langkah tersebut,” tambahnya.
Keyakinan Vance tentang akuisisi Greenland juga didasarkan pada pandangan bahwa penduduk setempat merasakan ketidakpuasan terhadap pemerintahan Denmark. “Terdapat sekitar 55.000 penduduk di Greenland yang mungkin tidak senang dengan kepemimpinan saat ini. Mereka memiliki sumber daya alam yang melimpah, namun tidak bisa dikembangkan karena batasan yang diberlakukan oleh Denmark,” jelasnya.
Namun, pendapat Vance tampaknya bertentangan dengan hasil jajak pendapat terbaru. Menurut laporan yang dirilis oleh Firstpost, sekitar 85 persen penduduk Greenland menolak untuk bergabung dengan AS. Hal ini menunjukkan adanya ketidakpuasan yang mendalam terhadap gagasan akuisisi tersebut. Para kritikus berpendapat bahwa ketertarikan Trump terhadap Greenland lebih didorong oleh potensi sumber daya alamnya—seperti mineral, minyak, dan gas—daripada alasan keamanan nasional semata.
Meskipun Greenland memiliki nilai strategis karena posisinya yang menghubungkan Amerika Utara dan Eropa, serta berada di jalur perdagangan utama di Arktik, para analis menggambarkan bahwa alasan ekonomi kemungkinan menjadi faktor utama di balik hasrat Trump untuk memperluas wilayah AS. Dalam beberapa waktu lalu, Trump bahkan mengungkapkan keinginannya untuk mengakuisisi Greenland dan pernah mengancam akan menggunakan tindakan militer terkait wilayah tersebut.
Pernyataan-pernyataan ini, ditambah dengan keinginan Trump untuk mengeksplorasi kemungkinan akuisisi wilayah asing lainnya, seperti Terusan Panama dan Kanada, telah membuat banyak pengamat menganggap ini sebagai bagian dari strategi ekspansionis yang lebih luas. Strategi ini diyakini bertujuan untuk menegaskan dominasi Amerika di panggung global.
Sementara itu, Denmark belum memberikan tanggapan resmi terhadap komentar terbaru dari Vance. Namun, pemimpin Denmark sebelumnya telah menolak secara tegas setiap pembicaraan mengenai penjualan atau penyerahan Greenland kepada AS. Penolakan ini mencerminkan ketegangan yang mungkin muncul antara kedua negara jika rencana akuisisi ini terus berlanjut.
Dalam kesimpulannya, rencana Donald Trump untuk mengakuisisi Greenland mencerminkan ambisi politik yang lebih besar dan potensi konflik antara AS dan Denmark. Sementara JD Vance mencatat pentingnya wilayah ini bagi keamanan nasional, penolakan yang kuat dari penduduk Greenland dan pemerintah Denmark menunjukkan bahwa rencana tersebut tidak akan mudah terwujud. Dalam situasi yang kompleks ini, penting bagi kedua pihak untuk mempertimbangkan dampak dari keputusan yang diambil di masa mendatang.