TransparanNews, Seiring bertambahnya usia, banyak dari kita merasakan bahwa waktu berlalu lebih cepat dibandingkan saat masih muda. Fenomena ini berkaitan erat dengan cara otak memproses informasi baru, menurut penjelasan Psikolog Klinis Dr. Kimberly Chew. Ia mengungkapkan bahwa kemampuan otak untuk menyerap informasi baru menurun seiring bertambahnya usia, yang pada akhirnya memengaruhi persepsi kita terhadap waktu.
Gambar Istimewa: qiwii.id
Dr. Chew menjelaskan bahwa masa kecil sering kali terasa lebih lambat karena dipenuhi dengan berbagai pengalaman baru yang melibatkan emosi, seperti hari pertama masuk sekolah atau perjalanan pertama ke luar negeri. “Sepuluh tahun pertama masa kanak-kanak terasa lebih berkesan karena momen-momen tersebut bersifat baru dan penuh emosi,” jelasnya.
Sebaliknya, saat dewasa, otak kita cenderung menerima lebih sedikit informasi visual baru. Hal ini disebabkan karena sebagian besar hal yang kita temui sudah kita kenal sebelumnya. Dengan berkurangnya asupan pengalaman baru, otak menciptakan ilusi bahwa waktu berlalu lebih cepat. Dr. Chew menyebut kondisi ini sebagai salah satu alasan mengapa tahun-tahun terasa kabur dan tidak sejelas masa kecil.
Pengaruh Media Sosial terhadap Persepsi Waktu
Selain faktor usia, Dr. Chew juga menyoroti dampak media sosial terhadap perubahan persepsi waktu. Psikolog sosial Jonathan Haidt menjelaskan bahwa terlalu banyak menghabiskan waktu di dunia virtual, di mana interaksi tidak terjadi secara langsung, dapat membuat seseorang merasa semakin terputus dari kenyataan.
Ketidakhadiran dalam kehidupan nyata ini memperburuk gangguan suasana hati atau kecemasan, serta menciptakan perasaan seperti terjebak dalam dimensi waktu yang tidak jelas. Orang yang menghabiskan terlalu banyak waktu di media sosial cenderung merenungkan hal-hal di luar diri mereka, sehingga kurang hadir dalam momen-momen nyata.
Dr. Chew menambahkan, untuk memperbaiki persepsi waktu dan hubungan dengan kenyataan, seseorang perlu menciptakan pengalaman baru yang bermakna. Ia merekomendasikan kegiatan seperti liburan singkat, perjalanan ke tempat yang belum pernah dikunjungi, atau menjelajahi sudut tersembunyi di kota tempat tinggal. Aktivitas ini dapat membantu membangun jangkar memori yang memperjelas persepsi waktu.
Pentingnya Memproses Pengalaman Masa Lalu
Salah satu saran utama Dr. Chew adalah untuk memproses pengalaman masa lalu dengan baik. Ia mengingatkan bahwa jika pengalaman penting tidak diproses secara emosional, pikiran kita dapat terjebak dalam peristiwa tersebut. Kondisi ini membuat kita merasa seperti berjalan di tempat dan mengulang fase yang sama tanpa ada kemajuan.
“Agar dapat benar-benar menikmati waktu, kita perlu melibatkan diri dalam pengalaman baru dan memproses peristiwa masa lalu dengan cara yang sehat,” tegasnya. Ia juga merekomendasikan kegiatan yang merangsang kreativitas dan perhatian penuh (mindfulness), karena kedua hal ini dapat membantu memperlambat persepsi kita terhadap waktu.
Persepsi kita terhadap waktu adalah hasil dari cara otak memproses informasi dan pengalaman. Semakin sedikit pengalaman baru yang kita miliki, semakin cepat waktu terasa berlalu. Untuk itu, menciptakan pengalaman baru, menghadirkan diri sepenuhnya dalam momen nyata, serta memproses masa lalu dengan baik adalah langkah penting untuk menikmati setiap fase kehidupan. Dengan pendekatan ini, kita dapat menghargai setiap detik yang berlalu, bukan sekadar melihatnya berlalu begitu saja.