TransparanNews, Festival Film Indonesia (FFI) 2024 kembali menunjukkan keseriusannya dalam mengapresiasi berbagai aspek perfilman nasional. Setelah sebelumnya mengumumkan jajaran Dewan Juri Akhir untuk kategori film dan penghargaan seumur hidup, kini giliran kategori Karya Kritik Film yang mendapatkan perhatian khusus. Nama-nama juri untuk kategori ini resmi diumumkan, yaitu Dyna Herlina Suwarto, Ekky Imanjaya, dan Erina Adeline Tandian, tiga sosok yang dikenal sebagai akademisi dan kritikus film ternama.
Karya Kritik Film: Penghargaan Penting bagi Budaya Sinema
Kategori Karya Kritik Film di FFI termasuk dalam kelompok non-cerita panjang dan telah aktif kembali sejak 2021 setelah sempat absen selama 15 tahun. Menurut Budi Irawanto, Ketua Bidang Penjurian FFI 2024-2026, karya kritik film memiliki peran krusial dalam menjaga budaya sinema. “Kritik film tidak sekadar review untuk memandu penonton atau memberi masukan bagi pembuat film, tetapi juga bagian penting dalam merawat dialog apresiatif yang mendorong kemajuan ekosistem perfilman Indonesia,” ujar Budi, Minggu (17/11/2024).
Gambar Istimewa : imusic.id
Tahun ini, FFI menerima 84 pendaftar untuk kategori ini. Setelah melalui proses seleksi ketat dalam dua tahap, terpilih empat nominasi yang pemenangnya akan diumumkan pada Malam Anugerah Piala Citra FFI 2024, 20 November di ICE BSD, Tangerang.
Piala Tanete Pong Masak: Penghormatan kepada Akademisi Film
Pemenang kategori ini akan menerima Piala Tanete Pong Masak, sebuah penghargaan yang diambil dari nama Tanete Pong Masak, akademisi film yang berkontribusi besar dalam studi perfilman Indonesia. Nama ini dipilih sebagai bentuk apresiasi sekaligus untuk mempopulerkan profesi kritik film, agar lebih banyak karya kritik berkualitas yang muncul dan bermanfaat bagi industri.
Tanete Pong Masak adalah figur langka di Indonesia, dengan gelar doktor di bidang perfilman. Karier akademisnya dimulai dari Universitas Hasanuddin, di mana ia mempelajari sastra Inggris, sebelum melanjutkan studi ke Prancis dengan beasiswa. Disertasinya, yang membahas sejarah sosial sinema Indonesia, menjadi literatur penting bagi mereka yang mendalami perfilman nasional.
Proses Penjurian dan Kriteria Pemenang
Penentuan pemenang Karya Kritik Film bukan perkara mudah. Menurut Budi, diskusi di antara juri berlangsung sangat intens. “Kami menilai kebaruan ide dalam kritik yang diajukan, kejelian penulis dalam menemukan unsur terbaik film, serta ketajaman analisis terhadap pesan yang disampaikan film,” ungkapnya.
FFI Goes to Campus: Mencetak Kritikus Muda
Sebagai bagian dari rangkaian acara menuju malam puncak, FFI menggelar program FFI Goes to Campus pada Agustus hingga September lalu. Salah satu kegiatan utamanya adalah lomba karya kritik film untuk pelajar dan mahasiswa. Program ini bertujuan memperkenalkan dunia kritik film kepada generasi muda sekaligus mencetak kritikus film masa depan.
Para pemenang lomba ini diumumkan melalui akun media sosial resmi FFI pada hari yang sama. FFI berharap upaya ini dapat terus menginspirasi lebih banyak anak muda untuk mendalami kritik film sebagai bentuk kontribusi mereka dalam mengembangkan perfilman Indonesia.
Dengan berbagai persiapan matang, malam puncak Piala Citra FFI 2024 diharapkan menjadi ajang penghargaan yang tidak hanya merayakan karya film terbaik, tetapi juga kritik film yang turut memperkaya ekosistem sinema nasional.