“Bea Cukai sudah menyetujui agar aktivitas impor dan ekspor Sritex bisa berjalan seperti biasa, sehingga operasional perusahaan tidak akan terhenti,” ungkap Airlangga. Langkah ini diambil agar Sritex tetap bisa memenuhi pesanan internasional, menjaga kelangsungan bisnis, dan mempertahankan lapangan pekerjaan bagi ribuan karyawan di Indonesia.
Keputusan ini juga sesuai dengan arahan dari Presiden Prabowo Subianto, yang menginginkan agar perusahaan tekstil tersebut tetap berjalan di tengah proses kepailitan. “Presiden telah menginstruksikan untuk memastikan operasional Sritex tetap berjalan, sementara solusi keuangan jangka panjang akan segera dicari,” tambah Airlangga.
Kisah Kepailitan Sritex: Utang Membengkak
Pengadilan Negeri Surabaya resmi menyatakan Sritex pailit karena gagal membayar utang sebesar Rp100,3 miliar kepada PT Indo Bharat Rayon (IBR). Selain utang ini, Sritex juga memiliki beban utang luar negeri yang sangat besar, mencapai US$ 809,99 juta atau sekitar Rp12,72 triliun jika dikonversi ke rupiah. Berdasarkan laporan keuangan terakhir perusahaan pada Juni 2024, tercatat ada sekitar 28 bank yang menagih utang jangka panjang kepada Sritex.
Gambar Istimewa : marketeers.com
Kesulitan finansial ini mulai terasa sejak beberapa tahun terakhir, terutama setelah terdampak oleh pandemi yang melumpuhkan industri tekstil global. Tingginya utang dan kurangnya arus kas membuat Sritex kesulitan mempertahankan operasionalnya, meskipun permintaan produk tekstil global mulai pulih.
Kenapa Ekspor-Impor Tetap Diizinkan?
Keputusan untuk tetap mengizinkan Sritex melakukan ekspor dan impor bukan tanpa alasan. Menurut Airlangga, mempertahankan kegiatan ekspor-impor adalah langkah penting untuk menjaga stabilitas perusahaan. Tanpa izin ini, Sritex dikhawatirkan akan terhenti total, yang bisa berimbas pada PHK besar-besaran serta kerugian ekonomi di sektor tekstil yang lebih luas.
“Jika ekspor dan impor dihentikan, dampaknya bisa sangat besar. Tidak hanya untuk Sritex, tapi juga untuk industri tekstil secara keseluruhan. Rantai pasokan bisa terganggu, terutama dalam memenuhi pesanan yang sudah ada,” jelas Menko Airlangga.
Bea Cukai pun mendukung keputusan ini sebagai bentuk upaya menjaga kelangsungan sektor industri. Sritex sendiri memiliki hubungan perdagangan yang luas, dengan berbagai negara menjadi tujuan ekspornya, mulai dari produk seragam militer hingga pakaian siap pakai.
Masa Depan Sritex: Solusi Keuangan Jadi Fokus
Meskipun diizinkan tetap beroperasi, Sritex perlu segera menyusun strategi untuk menyelesaikan persoalan utang yang masih menumpuk. Berbagai opsi tengah dipertimbangkan, mulai dari restrukturisasi utang hingga kemungkinan mengundang investor baru yang dapat menyuntikkan modal segar. Dalam waktu dekat, pemerintah akan memfasilitasi pertemuan antara manajemen Sritex dan kreditur untuk mencari jalan keluar terbaik.
“Kami akan terus memantau perkembangan situasi keuangan Sritex dan mendukung agar perusahaan bisa menemukan solusi yang saling menguntungkan bagi semua pihak. Bagaimanapun, kelangsungan operasional Sritex berdampak pada ribuan pekerja dan ratusan mitra bisnis di dalam dan luar negeri,” ungkap Airlangga.
Para analis memperkirakan bahwa untuk bisa keluar dari krisis ini, Sritex harus segera menyusun ulang skema pembayaran utang dan mungkin harus melepas sebagian aset agar bisa memenuhi kewajiban kepada kreditur. Meskipun pailit, perusahaan masih memiliki aset-aset penting yang bisa dijual atau dijadikan jaminan dalam proses negosiasi.
Dampak Sosial dan Ekonomi Bagi Pekerja Sritex
Kepailitan Sritex membawa dampak langsung bagi para karyawan. Dalam kondisi normal, Sritex mempekerjakan ribuan tenaga kerja di berbagai fasilitas produksinya di Jawa Tengah. Jika perusahaan tidak mampu bertahan, ribuan pekerja ini berisiko kehilangan pekerjaan, yang tentu akan menimbulkan masalah sosial dan ekonomi di kawasan tersebut.
Pemerintah berharap, dengan tetap dibukanya jalur ekspor-impor, Sritex dapat menjaga stabilitas operasionalnya sehingga pemutusan hubungan kerja dapat dihindari. Selain itu, kelangsungan operasional diharapkan dapat memberikan waktu bagi manajemen untuk menemukan solusi terbaik yang tidak merugikan pekerja dan para kreditur.
Harapan untuk Kebangkitan Sritex
Terlepas dari tantangan yang ada, Sritex tetap memiliki prospek bisnis yang besar, terutama karena produk-produknya sudah dikenal di pasar global. Dari segi kualitas, Sritex masih dianggap sebagai salah satu pemain utama dalam industri tekstil dan garmen di Asia Tenggara, dengan reputasi baik dalam memproduksi kain untuk seragam militer dan pakaian siap pakai yang diekspor ke berbagai negara.
Sebagai salah satu perusahaan tekstil yang telah berdiri sejak 1966, Sritex memiliki pengalaman panjang dalam menghadapi berbagai tantangan. Meski situasi kali ini cukup berat, langkah-langkah seperti restrukturisasi utang dan pencarian investor baru diharapkan mampu mengembalikan performa perusahaan ke jalur yang lebih stabil.
“Sritex masih memiliki peluang besar untuk bangkit kembali. Dengan dukungan pemerintah dan langkah-langkah pemulihan yang tepat, kita berharap perusahaan ini bisa kembali menjadi kebanggaan industri tekstil nasional,” tutup Airlangga.
Dengan keputusan pemerintah untuk tetap memberikan izin ekspor dan impor, harapannya adalah Sritex bisa bangkit kembali dan terus mendukung industri tekstil Indonesia agar tetap kompetitif di kancah internasional. Kini, semua mata tertuju pada langkah-langkah strategis yang akan diambil oleh manajemen Sritex dalam mengatasi masalah keuangannya.