TransparanNews, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (15/10) menunjukkan tren penguatan. Para pelaku pasar saat ini mengambil posisi wait and see menjelang keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) terkait kebijakan suku bunga acuan untuk periode Oktober 2024.
Pada pembukaan perdagangan pagi ini, IHSG naik sebesar 19,20 poin atau sekitar 0,25 persen ke posisi 7.578,85. Tidak hanya itu, Indeks LQ45, yang mencakup 45 saham unggulan, juga naik 3,53 poin atau 0,38 persen, sehingga mencapai level 941,26.
Seorang analis dari Ajaib Sekuritas menyebutkan bahwa IHSG diprediksi akan terus bergerak dalam rentang 7.500 hingga 7.600 sepanjang hari. “IHSG hari ini diprediksi bergerak menguat dalam range 7.500 sampai 7.600,” ujar Financial Expert Ajaib Sekuritas, Selasa.
Sentimen Positif Dari Dalam Negeri dan Kebijakan Pemerintah
Salah satu faktor pendorong penguatan IHSG berasal dari sentimen positif dalam negeri, terutama terkait ekspektasi pasar terhadap pengumuman posisi menteri dalam kabinet pemerintahan baru Prabowo-Gibran. Pergantian pemerintahan ini diharapkan membawa angin segar bagi stabilitas politik dan ekonomi Indonesia, yang secara tidak langsung mempengaruhi optimisme pelaku pasar.
Selain itu, penguatan nilai tukar rupiah juga menjadi faktor positif lainnya. Nilai tukar rupiah Jisdor tercatat mengalami penguatan dan berada di level Rp15.581 per dolar AS. Hal ini memberikan kepercayaan diri tambahan bagi investor untuk masuk ke pasar ekuitas, seiring dengan stabilnya nilai mata uang.
Kenaikan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia
Meskipun IHSG menguat, ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan, salah satunya adalah laporan terbaru dari Bank Indonesia mengenai Utang Luar Negeri (ULN) nasional. Pada bulan Agustus 2024, ULN tercatat sebesar 425,1 miliar dolar AS, mengalami kenaikan 7,3 persen year on year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Jumlah ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 414,3 miliar dolar AS.
Gambar Istimewa : akcdn.detik.net.id
Rasio ULN terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 31 persen, dengan 84,3 persen di antaranya merupakan utang jangka panjang. Kenaikan ULN terjadi baik pada segmen utang pemerintah maupun utang swasta, yang memperlihatkan adanya kebutuhan pendanaan besar untuk pembiayaan pembangunan dan investasi.
Namun, meskipun ULN meningkat, banyak analis menilai bahwa rasio utang ini masih dalam batas yang wajar dan terkendali, mengingat sebagian besar utang tersebut digunakan untuk pendanaan jangka panjang yang dapat memperkuat perekonomian nasional.
Ekspektasi Penurunan BI-Rate
Pasar saat ini sangat menantikan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) yang berlangsung pada tanggal 15-16 Oktober 2024. Salah satu keputusan penting yang dinantikan adalah perubahan suku bunga acuan BI-Rate. Sejumlah pengamat memperkirakan Bank Indonesia akan menurunkan BI-Rate sebesar 25 basis poin (bps), dari sebelumnya 6 persen menjadi 5,75 persen.
Penurunan suku bunga acuan ini diharapkan dapat mendorong likuiditas dan aktivitas ekonomi, terutama pada sektor-sektor yang sensitif terhadap suku bunga seperti properti dan perbankan. Jika keputusan ini terwujud, maka penguatan IHSG bisa berlanjut, seiring dengan meningkatnya daya beli masyarakat dan pelonggaran kebijakan moneter.
Perkembangan Bursa Asia
Tidak hanya di Indonesia, pergerakan pasar saham di Asia pada pagi ini juga menunjukkan hasil yang beragam. Indeks Nikkei di Jepang mengalami penguatan signifikan sebesar 580,89 poin atau 1,47 persen, sehingga mencapai level 40.186,69. Sementara itu, di Hong Kong, Indeks Hang Seng justru melemah 147,30 poin atau sekitar 0,70 persen ke level 20.945,56.
Di China, Indeks Shanghai menguat 23,30 poin atau 0,64 persen dan mencapai 3.618,90, dipengaruhi oleh data ekonomi yang positif terkait neraca perdagangan China pada bulan September 2024. Surplus neraca dagang Tiongkok tercatat sebesar 81,71 miliar dolar AS, lebih tinggi dari angka yang sama tahun sebelumnya, yang mencapai 75,5 miliar dolar AS. Ekspor China tumbuh 2 persen secara tahunan, meski impor hanya tumbuh minimalis sebesar 0,3 persen.
Di Singapura, Indeks Straits Times juga ikut naik 23,00 poin atau 0,64 persen, menyentuh level 3.618,90. Pergerakan ini menunjukkan adanya optimisme dari pelaku pasar di wilayah Asia meski menghadapi berbagai tantangan ekonomi global.